Pagi Dikala Itu,
Bulan mulai kembali bersembunyi, Digantikan sang surya yang bersiap menampakkan kegagahannya, Namun langit masih sayu, Di sela-sela kesunyian, Kau bangunkan aku dengan lembut panggilan surau, Hatiku terasa hangat, Walau dingin embun merasuk ke pori-pori, Walau jauh ku berada dari pandangan pembasuh asa, Lalu ku berjalan meski agak terkulai, Hal yang jarang ku lakukan ketika dirumah, Ku basuh muka, tangan, kepala dan kaki, Serta beberapa bagian tubuh lainnya, Ku jumpa beberapa kawan baru disana, Di rumah Mu, tempat suci Mu, Mereka berkata, 'silahkan di shaf paling depan' Aku tersipu, Tak mungkin aku yang bodoh ini memimpin mereka, Maka kamipun bersegera dengan aku sebagai makmumnya, Oh hangatnya, Kesendirianku disana tak terasa kala ku simpuhkan diri dihadap-Mu, Hangatnya, Ku rasa peluk-Mu, Saat ku mendekati-Mu, Segala resah ku sirna, Cemas ku reda, Oh.. Betapa cengengnya aku, Tuhan, aku malu, Sungguh aku malu, Namun jika kau berkenan, Ijinkan ku nik...